Minggu, 19 Desember 2010

Bahasa Yang Tak Terucap

Ku tundukan kepala
air mata menetes tanpa ku sadari kesedihanku
ada rasa perih didadaku
entah apa itu?
tak tertahan, tak bisa ku hentikan air mata ini tetap mengalir membasahi pipi
pedih rasanya, terasa perih apa ini?
aku amat merindukan kekasihku saat ini
tuhan, buat aku tenang untuk mencoba menikmati perasaan ini
tuhan, beri aku rasa nikmat untuk menerima segala keadaan ini
tuhan, mungkin dia di sana merasakan hal yang sama seperti apa yang ku rasa?
tuhan, sepi ini membuat aku semakin sakit
sunyi ini membuat aku merasa semakin hampa
tanpa dia, saat ini aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa
dia tidak tau akan kesedihanku, dia tidak tau akan kehampaanku
dia tidak tau bahwa aku membutuhkannya
dia tidak tau aku menderita karena merindunya
tuhan, berikan aku satu rasa yang bisa mengusir sakitku dengan kedamaian itu...
lagi, lagi-lagi ku lihat wajahmu
lagi, lagi-lagi ku pandangi fotomu yang malam itu dirimu kirim untukku
lagi, lagi-lagi air mata menetes karena sendiriku
tuhan, tuhan, tuhan, tuhan...
tidak ada yang tau, tidak ada yang paham, tidak ada yang mengerti
tidak ada yang mendengar, tidak ada yang melihat
aku tak bisa berbicara untuk mengucapkan "aku merindukanmu"
aku hawatir, dirimu resah akan isak tangisku
jujur, aku tak berdaya untuk menahan rasa ini
sendiriku menyadarkanku bahwa dirimu saat ini jauh...
jauh, amat jauh dari jangkauanku
jauh dari pandanganku...
sayang, aku membutuhkanmu!!!!!!!!!!
percayalah aku masih akan tetap menunggumu dengan ruang dan waktuku
walau kadang ada rasa lelah
namun jika dirimu tetap sadar bahwa ada orang di sini yang masih menunggu dan membutuhkanmu
jauhnya jarak, lamanya waktu yang terkadang membuatku putus asa dalam ruangku...
namun dengan suara dan bahasamu menjadi pengobat waktuku
aku selalu berharap ditiap waktumu ada untukku seperti halnya aku yang ada untuk mencintaimu dalam hatiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar